Universitas Pertamina, 22 Maret – Dalam beberapa tahun terakhir, inklusif dan keragaman di lingkungan kerja telah menjadi topik yang banyak diperbincangkan. McKinsey dalam survey Tahun 2019 mencatat, keragaman etnis atau budaya telah berhasil meningkatkan profit perusahaan hingga 36 persen. Sementara itu, Worth Newsletter mengatakan, perusahaan yang mengedepankan inklusif dan keragaman di lingkungan kerja berpotensi dua kali lipat lebih inovatif.
Hal tersebut dikarenakan perusahaan dapat mengambil berbagai perspektif pegawai dengan latar belakang dan pengalaman hidup yang beragam. Tak heran, jika pada akhirnya perusahaan berbondong-bondong merekrut pegawai dengan etnis, budaya, bahkan kewarganegaraan yang beragam.
Evi Sofia, MBA., Dosen Program Studi Manajemen sekaligus pakar Manajemen SDM Universitas Pertamina mengungkapkan, komunikasi antar budaya (intercultural communication) menjadi penting untuk dikuasai oleh para pencari kerja. “Kami menekankan kepada mahasiswa untuk dapat menguasai setidaknya tiga literasi utama, sebelum memasuki dunia kerja profesional. Yakni: Literasi Data, Literasi Teknologi dan Literasi Manusia. Komunikasi antar budaya yang termasuk dalam Literasi Manusia, menjadi kemampuan wajib bagi tenaga kerja untuk mengungguli bursa kerja saat ini,” ujarnya dalam wawancara daring, Senin (21/03).
Bagi Ave Maria Georgina, Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Pertamina, keterampilan komunikasi antar budaya bukanlah hal baru. Selama menempuh pendidikan di Universitas Pertamina, ia telah rajin membekali diri dengan keterampilan tersebut. Tak hanya aktif mengikuti berbagai kejuaraan di kancah internasional, Gina juga memberanikan diri untuk menulis skripsi dalam Bahasa Inggris dengan topik yang sangat strategis, yakni ‘Implementasi Doktrin Maritim Mavi Vatan dalam Kontestasi Turki dengan Yunani di Laut Mediterania Timur’.
Tak disangka, skripsi yang ditulis Gina menarik perhatian salah satu profesor dari Marmara University, Turki, yakni Prof. Omer Faruk Genckaya. “Saya mendapat kesempatan untuk dibimbing dan diberikan akses data, bahkan diuji secara langsung oleh beliau dalam ujian skripsi. Puji syukur saya bisa melaluinya tanpa kesulitan yang berarti. Selain memahami topik dan isu skripsi secara mendalam, saya juga berusaha untuk mengaplikasikan metode komunikasi antar budaya selama ujian skripsi berlangsung. Kalau di ilmu Hubungan Internasional, kemampuan ini merupakan bagian dari keterampilan diplomasi dan negosiasi,” ungkap Gina.
Setidaknya ada lima hal, menurut Gina, yang ia perhatikan selama menjalin komunikasi efektif dengan Prof Omer. “Pertama, kita harus menerapkan prinsip open-minded. Sebelum bertanya atau menerima respon dari lawan bicara, kita harus menggunakan point of view mereka. Karenanya, penting untuk mempelajari sejarah, budaya, kebiasaan, dan adat istiadat daerah asal lawan bicara kita. Sehingga, ketika kita mendapat jawaban atau respon yang menurut kita tidak sejalan dengan local wisdom yang kita anut, kita dapat menerima dan terbuka dengan kebiasaan yang di luar keyakinan kita tersebut,” tutur Gina.
Yang kedua, menurut Gina, adalah tidak mudah berasumsi atas respon atau jawaban dari lawan bicara. Ketiga, berhati-hati dalam membuat candaan atau menggunakan bahasa slang. Keempat, jangan ragu untuk terus berinteraksi meskipun dengan keterbatasan bahasa. Berbicara dengan perlahan dan tidak terburu-buru adalah kunci. Yang terakhir dan tak kalah penting, adalah memperhatikan dan peka terhadap bahasa non-verbal atau gestur lawan bicara.
Dalam hal keikutsertaan di kejuaraan internasional, Gina selalu berusaha memberikan hasil terbaik. “Yang terbaru misalnya, saya mengikuti Online Distancing Model of United Nations (ODMUN) pada tahun 2021 lalu. Di ajang ini, setiap peserta diberikan peran untuk mewakili suatu negara dan menyampaikan kepentingannya terkait isu yang dibahas. Berkat hasil kerja keras dan analisa mendalam, saya mendapatkan penghargaan sebagai Best Position Paper,” pungkas Gina.
Mahasiswi yang dinominasikan sebagai Mawapres 2022 tersebut juga tercatat pernah menerima penghargaan di ajang serupa, diantaranya: Verbal Commendation of United Nations Security Council di Ajang Bali MUN Tahun 2021; dan The Most Outstanding Delegate of United Nations Security Council di ajang AYGF MUN 5.0, Tahun 2021. Di Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina, untuk mendukung pemahaman di bidang diplomasi dan negosiasi, mahasiswa diberikan akses untuk menggunakan Platform MUN Command. Platform ini merupakan aplikasi yang menyerupai sistem sidang multilateral di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Universitas Pertamina menjadi satu-satunya Kampus energi terbaik di Indonesia yang menggunakan platform tersebut.
Bagi siswa-siswi yang tertarik dengan diplomasi, negosiasi, keamanan internasional, dan ekonomi politik internasional, dapat bergabung di Program Studi Hubungan Internasional Universitas Pertamina. Saat ini, kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut kembali membuka pendaftaran Ujian Masuk Online dan Seleksi Nilai Rapor (tanpa tes) untuk Tahun Akademik 2022/2023. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://universitaspertamina.ac.id/pendaftaran
Diakui Gina, dirinya juga ingin bisa bekerja di luar negeri, di perusahaan asing, atau di perusahaan domestik bertaraf internasional. “Tentunya, selain keterampilan berbahasa asing yang baik, untuk bisa berkomunikasi dengan efektif, kita juga harus membiasakan diri memahami karakter orang lain yang berbeda budaya dan latar belakang dengan kita. Sehingga, pesan yang ingin kita sampaikan, bisa diterima oleh lawan komunikasi sesuai dengan harapan kita,” tutur Gina.
Dikatakan Weforum, di era pasar bebas, pertumbuhan dan kesuksesan organisasi perusahaan sangat dipengaruhi oleh keterampilan intercultural para pekerjanya. Selain berpotensi meningkatkan produktivitas, komunikasi antar budaya yang efektif juga akan mengurangi potensi diskriminasi dan perundungan di tempat kerja. Karenanya, Weforum menghimbau agar perusahaan menjadikan pola pikir global, yang termasuk diantaranya keterampilan intercultural, sebagai persyaratan rekrutmen pegawai.
[08.48, 21/3/2022] Ibu Evi – UP – Direktur Aset: Untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja asing di era pasar bebas adalah dengan mempersiapkan peningkatan kualitas dan keterampilan (hard skill dan soft skill). SDM yang berkualitas akan mampu bersaing dan kuat menghadapi tantangan tersebut.
[08.54, 21/3/2022] Ibu Evi – UP – Direktur Aset: Para Mhs penting untuk menguasai 3 literasi utama yaitu: Literasi Data, Literasi Teknologi dan Literasi Manusia. Salah satu hal yang penting dalam Literasi Manusia ini adalah menguasai kemampuan komunikasi antar budaya. Kecakapan dalam melakukan komunikasi antar budaya menjadi faktor penting bagi tenaga kerja untuk mampu bersaing di era pasar bebas ini. Pertama, komunikasi antar budaya sangat penting karena latar belakang unik, pengalaman hidup, dan keahlian setiap karyawan mempengaruhi kinerja kerja mereka.
25% lebih mungkin mengalami profitabilitas di atas rata-rata. Sementara untuk perusahaan yang menjunjung tinggi keragaman etnis atau budaya di tim eksekutif mereka 36% lebih mungkin mengalami profitabilitas di atas rata-rata. Survei CEO global tahunan ke-18 oleh PwC, 85% dari CEO yang disurvei yang perusahaannya memiliki strategi keberagaman dan inklusivitas formal mengatakan hal itu meningkatkan laba mereka.