Duel Persija vs Persib pada Selasa (1/3) malam, sejatinya seperti laga besar lainnya. Namun duel pekan ke-28 Liga 1 2021/2022 ini diwarnai ego dan gengsi.
Sejak pertemuan pertama pada 1933, kedua tim sudah bentrok 169 kali. Hasilnya Persib menang 59 kali, Persija 50 kali, imbang 49 kali, dan 11 lainnya tidak diketahui secara pasti.
Dari sejarah panjang ini, pertemuan pada 2002 tercatat sebagai awal mula rivalitas. Ketika itu laga berakhir imbang 1-1 di Stadion Siliwangi dan pemain Persija pulang dengan kendaraan lapis baja.
Pasalnya, gol penyeimbang Persija diciptakan Budi Sudarsono dengan cara yang kontroversial. Bola lemparan netral karena sebelumnya ada pelanggaran malah dijadikan serangan dan berbuah gol.
Sebelum itu sejatinya sudah ada gesekan, tetapi lebih ke arah anarkistis antarsuporter. Pertama pada 1999, lantas pada 2001 seusai menghadiri ‘Kuis Siapa Berani’ di sebuah studio televisi di Tomang, Jakarta Barat.
Usai itu perseteruan mengkristal jadi dendam. Kedua kubu suporter, The Jakmania dan Viking atau Bobotoh, membuat kisah di luar pertandingan lebih besar dari duel sepak bola itu sendiri.
Sudah banyak jatuh korban dari kedua kubu suporter karena fanatisme rivalitas ini. Tak hanya korban luka, ada beberapa kasus meninggal dunia yang membuat sepak bola Indonesia berduka.
Ego dan gengsi daerah, yang dalam istilah antropologi disebut primordialisme, jadi melekat dalam setiap pertemuan Persija dan Persib. Ada upaya peleburan, tetapi ego di akar rumput sudah mengakar.
Ego Jakarta dan Bandung ini pun menggelembung. Media sosial turut membuat arena perseteruan makin melebar dan panas. Provokator demi provokator muncul tanpa henti di setiap edisi pertemuan.
eperti menjelang duel ini, masing-masing kubu memanas-manasi dengan cara dan triknya masing-masing. Rivalitas sepak bolanya tak dikupas, tertutupi umpatan dan cacian atas kebanggaan lambang klub.
Beruntungnya ego-ego sentimentil tersebut tensinya agak berkurang. Ranah ego mulai digiring ke arah gengsi duel. Rivalitas yang didasari fanatisme buta pun mulai diperangi beramai-ramai.
Karenanya duel di masa pandemi ini akan berarti lebih dari biasanya. Laga yang berlangsung menarik dengan wasit yang adil, serta tak ada aksi susulan seusai laga, akan terus menggerus ego kedaerahan.
Saat ini Persija menghuni peringkat ke-7 klasemen liga dan tak berpeluang juara. Sebaliknya Persib masih punya kans angkat piala, karena saat ini selisih poin dengan pemuncak klasemen hanya tiga.
Namun Persija dalam tren positif. Tim asuhan Sudirman ini tak kalah dalam empat laga beruntun. Andritany Ardhiyasa dan kawan-kawan memperlihatkan mentalitas kuat dalam tiga laga sebelumnya.
Macan Kemayoran, julukan Persija, tampil pincang tanpa sejumlah pilar dan pelatih karena terpapar Covid-19. Mereka juga sering tertinggal lebih dahulu. Namun semua itu bisa diatasi dengan tenang.
Sejarah pertemuan pun sedang berpihak pada Persija. Dari tiga pertemuan sebelumnya, Persija unggul dua kali. Pemain Persija seperti tampil dengan kekuatan dua kali lipat saat melawan Persib.
Sebaliknya Maung Bandung seperti tertekan. Tuntutan meraih gelar juara musim ini, membuat Supardi Nasir dan kawan-kawan tak tenang. Permainan kolektif Persib sering luntur di hadapan Persija.
Kabar baiknya Persib tak terkalahkan dalam lima laga terakhir. Tim asuhan Robert Rene Alberts ini tampil makin solid. Apalagi striker baru mereka, David da Silva, mulai memanas.
Mantan pemain Persebaya ini sudah mengoleksi tiga gol dan satu assist dari sembilan penampilan. Pada saat yang sama pemain muda Beckham Putra Nugraha juga sedang berada dalam performa terbaik.
Situasi psikologisnya, Persib harus menang dalam laga ini agar peluang juara terus terbuka. Kalah, sama saja artinya dengan membiarkan Bali United ‘membakar ikan’ di puncak klasemen.
Sedangkan Persija memburu posisi tiga besar. Posisi ini diburu untuk meraih tiket ke pentas Asia 2023.
Demi memenuhi ambisi juara, Persib punya empat pemain kunci dalam melawan Persija ini. Keempat pemain itu adalah David da Silva, Bekham Putra, Marc Klok, dan Teja Paku Alam.
Adapun Persija punya Makan Konate dan Irfan Jauhari. Ini alternatif baru Persija setelah Riko Simanjuntak dan Marko Simic jadi tumpuan. Kebetulan empat pemain ini sama-sama bisa tampil.
Masih adakah rivalitas sepak bola dalam laga Persija kontra Persib? Masih, jika situasi kriminalitasnya dihentikan. Ego dan gengsi primordialisme ditinggalkan, diganti perburuan juara dan pentas Asia.